Literasi Digital yang Menyala di Ujung Jari

Literasi Digital yang Menyala di Ujung Jari.Ibu Sri membuka WhatsApp, melihat pesan berantai: “Waspada! Ada modus penipuan BSU Rp 1 juta! Klik link ini untuk verifikasi!” Jarinya hampir menekan “share to grup keluarga”, tapi teringat kata anaknya semalam: “Sabar 30 detik, Bu. Cek dulu.”

Ia mencari judul berita di Google—tambah kata kunci “hoaks”. Ternyata, Kominfo sudah membantahnya. Ibu Sri menarik napas. Hampir saja, katanya dalam hati

Di ruang digital yang kita huni, “literasi bukanlah teori yang digurui di seminar mewah. Ia adalah jeda 30 detik yang menyelamatkan ribuan grup keluarga dari racun hoaks.:

Kebiasaan Kecil: Revolusi yang Tak Diarak

Kita kerap membayangkan literasi digital sebagai “skill list” yang rumit: analisis data, coding, atau keamanan siber tingkat tinggi. Padahal, intinya terpendam dalam “ritual mikro yang diulang tiap hari”.  Contoh kongkret: Password “NasiGoreng#23” yang menggantikan “123456.” Menunda “share”**, lalu membalikkan gambar di Google untuk telusuri asalnya.  

Seperti sikat gigi sebelum tidur, kebiasaan ini tampak sepele. Tapi tahukah Anda? Menurut riset Kominfo (2023), 73% penipuan digital sukses karena kelalaian dasar—password lemah, link sembarang klik, atau informasi yang tak diverifikasi.  

Tiga Ritual Penyelamat Hidup Digital

Pertama, jangan share! Tapi cek dulu!. Kadang kita menerima share tentang suatu bencana atau peristiwa penting lain. Bahkan ada bukti foto. Bisa jadi peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, dan gambar yang menyertai adalah gambar lama atau peristiwa lain. Misal ada gambar bayi cacat dengan berita korban kecelakaan PLTN di Jepang. Gambarnya benar ada, tapi merupakan korban cacat genetik.

Password Kuat: Tameng yang Kita Abaikan

Jangan buat password dengan kata yang berkaitan erat dengan obyek yang di password, apalagi dengan tulisan apa adanya. Gunakan gabungan huruf, simbol dan angka, dan huruf besar-huruf kecil. Misal: dari “tokonyapakjoni” menjadi “pO3ny4mRjh0nY”

Baca Dua Kali, Komentar Sekali

Rudi ingin membalas komentar sarkas di TikTok. Tangannya mengetik kasar, tapi ia ingat jejak digital abadi. Ia hapus, ganti dengan: “Kita beda pandangan, tapi mari diskusi santun.” Esoknya, ia dapat DM: “Terima kasih, komentarmu menyadarkanku.”

Ketika Kebiasaan Menular

Kekuatan ritual mikro ada pada sifatnya yang “menular tanpa suara”. Misalnya, guru SD mengajak siswa didiknys untuk melakukan “reverse image search* gambar harimau untuk PR IPA.  Atau kader PKK membuat grup WhatsApp khusus verifikasi info desa sebelum disebar.  

Literasi digital tumbuh subur bukan dari manual tebal, melainkan dari budaya saling mengingatkan. Misalnya mengingatkan anggota keluarga untuk memastikan kebenaran suatu info sebelum dibagikan ulang.

Literasi adalah Laku

Seperti tetes hujan yang membentuk sungai, kebiasaan remeh temeh ini adalah “enjata paling ampuh” melawan gelapnya ruang digital.

Tidak perlu menjadi pakat informasi digital. Yang dibutuhkan hanya belajar sedikit dan mempraktekkan lebih banyak. Mulailah dari sini: “Pause. Verifikasi. Ulangi.” Rehat sebentar, cek ulang kebenarannya. Dan ulangilah lagi.

ceri188 selalu penuh percaya diri IDS388 dan optimisme sebagai situs judi slot Gacor ceri188 terpercaya dimana kepuasan member ceri188 menjadi prioritas utama kami. Di sini ceri188 anda tidak hanya bisa mencoba berbagai permainan slot ceri188 login seru yang diselenggarakan CERI188 oleh agen ceri188 slot online resmi slot ceri188 login, tetapi juga ceri188 berkesempatan memenangkan jackpot ceri188 besar dengan modal minim ids388.

Tinggalkan Balasan